Rabu, 22 November 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 15 Finale



Pemimpin Jin Pai menantang Shao Xi karena berkelahi. Dia menuntut agar Shao Xi menemui kepala sekolah untuk mengakui kesalahannya. Li Zheng datang untuk menyelamatkan dan membelanya. Video dimainkan dan Li Zheng melihat ada seorang gadis di latar belakang; mengisyaratkan ada teori lain tentang asal usul kejadian tersebut. Sisi Jin Pai akhirnya sadar akan keberadaan seorang gadis di belakang dan bahkan juga sadar kalau gadis itu berpakaian serupa dengan Shan Shan. Akhirnya, Shan Shan mengaku dan menceritakan semua yang terjadi. Pemimpin Jin Pai memarahi dia karena tidak berkata apa-apa dan akhirnya, dia meminta maaf kepada Shao Xi karena salah paham. Pemimpin Jin Pai bahkan menawarkan diri untuk melepaskan posisinya sebagai pemimpin untuk Shao Xi! Hahaha. Tapi Xiao Ciao mengakhiri semua kebodohan ini dan mengusir para Jin Pai. Bai Bai pelan-pelan melarikan diri tapi Xiao Ciao menghentikannya. Xiao Ciao bahkan ingin memperdalam masalah karena Bai Bai tetap bersikeras kalau Shao Xi mendorongnya dari tangga! Delusional yach?! Tapi Shao Xi menghentikan Xiao Ciao dan menyuruhnya untuk melupakan masalah ini.




Shao Xi dan Li Zheng berjalan bersama ke bagian kampus yang lain. Li Zheng menyuarakan keprihatinannya atas gangguan Bai Bai yang terus-menerus dan berjanji akan mentuntaskan masalah. Ini mengingat juga karena Li Zheng lah alasan mengapa Bai Bai terus mengusiknya. Li Zheng juga mendesaknya agar selalu mengandalkannya supaya tidak terjebak. Shao Xi mengungkapkan terima kasih dan Li Zheng dengan acuh mendorong dahi Shao Xi sambil berkata kalau ini sudah patut dilakukan sebagai kekasihnya. Pasangan yang saling mendukung… Wah, bikin iri. Meski harus kuakui, aku tidak terlalu suka sikapnya Li Zheng yang merendahkan.




Xiao Ciao, Shao Xi, dan Xiao Yu keluar kelas setelah selesai ujian terakhir mereka. Jin Li bergegas menghampiri mereka untuk memberitahu kalau Li Zheng punya masalah. Mereka semua ke kantor keamanan kampus dan melihat Li Zheng diinterogasi selagi menyeka darah dari tangannya. Nama Bai Bai disebutkan sebagai korban, Li Zheng mengaku kalau dia mengajaknya bertemu, dan petugas kampus meminta Li Zheng untuk ikut ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Shao Xi menatap dengan cemas. Xiao Yu bertanya-tanya apakah Li Zheng membalas dendam pada Bai Bai karena dia mengganggu Shao Xi. Jin Li menegurnya tapi sebenarnya, Xiao Yu hanya menyuarakan apa yang semua pikirkan, termasuk Shao Xi. Hmmm…




Shao Xi sedang beristirahat di kamarnya saat Da Mao menelepon. Dia berkata kalau Li Zheng adalah dalang di balik pemindahan sekolahnya: bagaimana dia berteman dengannya, meyakinkannya untuk mencuri soal ujian, dan memaksanya untuk pindah sekolah sambil mengancamnya dari jembatan. Klaim ini semakin memicu benih keraguan pada Shao Xi. Dia mulai mempertanyakan apakah Li Zheng juga memanipulasi keadaan seputar luka-luka Bai Bai. Tarik napas dalam... Duh, percayailah kekasihmu sendiri! Shao Xi beranjak ke kamar Li Zheng tapi merubah pikiran sebelum mengetuk pintunya.




Shao Xi menceritakan keprihatinannya dengan Xiao Ciao; bagaimana mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Shao Xi merasa kalau dia tidak bisa langsung saja bertanya pada Li Zheng. Dia akhirnya memutuskan untuk menunggu sampai Bai Bai sadar kembali dan baru mencari tahu. Jin Li mendengar percakapan mereka dan berkata kalau dia punya ide. Hahaha. Jadi gagasannya adalah mengadakan pesta kecil di rumah dengan maksud agar Li Zheng mabuk supaya bisa diinterogasi. Jin Li menyiapkan camilan, permainan, dan minuman keras untuk menjebak Li Zheng. Dia meminta bantuan Xiao Yu juga.




Li Zheng, Shao Xi, Xiao Yu, dan Jin Li duduk dengan canggung sambil menunggu kedatangan Ru Ping dan Xiao Ciao. Jin Li akhirnya mengusulkan satu permainan dan didukung oleh Xiao Yu. Xiao Yu menyarankan agar hanya laki-laki saja yang bermain. Li Zheng mulai curiga tetapi ingin melihat apa rencana mereka, jadi dia ikut saja. Tentu saja, Li Zheng hebat sekali dan memenangkan setiap permainan. Jin Li dengan cepat menjadi mabuk dan meminta diri. Xiao Yu gantian menantang Li Zheng. Shao Xi menatap dengan cemas. Dan memang pantas karena Li Zheng juga menang melawan Xiao Yu. Sepertinya, itu terlalu banyak alkohol dan terlalu cepat! Apakah tidak keracunan alkohol?! Kupikir kedua lelaki ini perlu dipompa perutnya.




Shao Xi akhirnya berkesimpulan kalau Li Zheng terlalu hebat. Li Zheng mengaku kalau dia punya cara sehingga selalu tahu arah mana yang akan mereka ambil. Dia bertanya apakah Shao Xi ingin mempelajari triknya. Shao Xi menolak dan sebaliknya, menggunakan pengetahuan ini untuk mengalahkannya. Hahaha. Dan akhirnya, Li Zheng yang perkasa ditaklukkan. Saat itu, bel berbunyi dan datanglah Ru Ping dan Xiao Ciao. Xiao Ciao memberitahu kalau Bai Bai sudah sadar dan pelakunya juga sudah tertangkap. Rupanya, salah satu teman sekelasnya tergila-gila padanya dan menguntitnya. Shao Xi akhirnya sadar kalau dia salah telah meragukan Li Zheng dan langsung berlari kembali ke ruang tamu. Sayangnya, Li Zheng sudah tertidur nyenyak di sofa. Hahaha. Hanya setelah 1 minuman?! Ketiga gadis itu membantu Shao Xi menggotong Li Zheng ke kamar dan langsung menuju ke Jin Li dan Xiao Yu yang juga mabuk.




Shao Xi meletakkan Li Zheng ke tempat tidurnya. Teleponnya tiba-tiba berbunyi dan dia dengan hati-hati mengambil telepon untuk menjawabnya. Rupanya Bai Bai menelepon untuk berterima kasih atas bantuannya dan juga, berjanji untuk tidak pernah mengganggu Shao Xi lagi. Shao Xi akhirnya sadar kalau dia meragukan Li Zheng tanpa alasan dan dalam hati meminta maaf. Tiba-tiba saja saat Shao Xi berpaling, untuk meninggalkan ruangan, Li Zheng melompat ke arahnya dan menariknya ke bawah. Kaget!




Jin Li baru saja selesai mandi dan menemukan Xiao Ciao yang sedang menunggu di kamarnya. Xiao Ciao jelaskan kalau dia datang untuk memastikan dia baik-baik saja setelah minum. Jin Li tampak linglung: dia menutup pintu, menguncinya, melepaskan baju dan naik ke tempat tidur. Dia kemudian memberi isyarat agar Xiao Ciao juga berbaring di sampingnya. Xiao Ciao mempertimbangkan untuk menerima tawaran itu. Hahaha... Tentu saja, dia mengambil kesempatan ini. Jin Li melepas celana dalamnya dan tertidur. Hahaha. Xiao Ciao mengeluh karena tidak diapa-apain. Ini terlalu lucu. Di kamar Shao Xi, Ru Ping mencoba membangunkan Xiao Yu untuk pulang tidur ke rumahnya. Tapi seperti Jin Li, dia memberi isyarat pada Ru Ping untuk tidur bersama dengannya dan menciumnya. Wah, banyak sekali aksi malam ini.




Li Zheng karena mabuk mulai membeberkan semua rahasianya: betapa cemburunya dia akan Jin Li, semua perbuatannya agar Da Mao pindah sekolah, dan bahkan bagaimana dia memanipulasi Papa Zhong sehingga Shao Xi harus menemaninya membeli hadiah untuk Mama Zhong daripada berkencan dengan Jin Li, yang akhirnya Shao Xi kecelakaan tertabrak mobil. Li Zheng sangat menyesal atas kencan itu. Shao Xi menghibur dan berkata kalau kekhawatirannya tidak beralasan karena dia juga suka padanya. Dia kemudian bertanya apakah Li Zheng memiliki rahasia lainnya. Li Zheng akhirnya mengaku kalau dia mendaftar ke Universitas Lunghwa karena Shao Xi ingin mereka berdua bersama-sama kuliah. Impian Shao Xi jugalah impian dirinya. Li Zheng juga, ingin mereka selalu bersama. Awww...




Shao Xi menyuruh Li Zheng kembali tidur dan mulai menyelimutinya. Li Zheng menarik selimutnya yang sudah terselip rapi dan mengundang Shao Xi untuk bergabung di ranjangnya. Shao Xi enggan bergabung pada awalnya tapi, Li Zheng menariknya sambil berjanji pasti akan melakukan sesuatu padanya. Hahaha. Di bawah selimut yang hangat, dia menyatakan kalau Shao Xi adalah satu-satunya yang bisa dipeluknya.




Malam itu, mimpi buruk yang sudah lama tidak muncul, muncul lagi dan mengagetkan Li Zheng. Shao Xi, di sisinya, juga terbangun. Shao Xi menanyakan tentang mimpi buruk yang terlihat sangat mempengaruhinya. Li Zheng mulai berbagi tentang kecelakaan mobil fatal yang menewaskan orang tuanya. Dia berbicara tentang rasa sakit yang dia rasakan dan saat yang tepat saat dia sadar kalau orang tuanya sudah meninggal. Banyak yang berkomentar bahwa dia bertahan karena dipegang erat ibunya tapi dia bertanya-tanya apakah lebih baik kalau dia tidak dipeluk begitu rapat dan kalau dia tidak merengek ingin ke taman hiburan. Dia sadar bahwa dia perlahan berubah sejak kecelakaan itu. Tidak bisa lagi dia mendekat dengan orang lain, karena kedekatan dengan orang lain, menimbulkan bau darah yang mengingatkannya akan kecelakaan fatal itu. Dia perlahan menarik diri dan menjadi penyendiri karena dia tidak ingin dicap sebagai orang aneh.




Shao Xi mendengarkan dengan tenang Li Zheng yang sedang menceritakan rahasianya. Tapi setelah dia selesai, Shao Xi menceritakan kecelakaannya. Dia mengaku setelah dirinya sadar, dia merasa lega dan senang melihat Li Zheng berdiri selamat di sampingnya. Dan karena ini; Shao Xi juga percaya kalau orang tuanya Li Zheng, Papa dan Mama Yan, juga pasti senang melihat dia selamat dari kecelakaan itu dan terus hidup. Dia bahkan menambahkan kalau itu adalah berkah sehingga dapat bertemu dengannya. Ini adalah adegan terobosan antara Li Zheng dan Shao Xi: Shao Xi akhirnya mengerti mengapa Li Zheng demikian rupa dan Li Zheng juga, mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah mempersiapkannya menjalin hubungan dengan Shao Xi. Sebagai penonton, sedikit membuatku tidak nyaman menyaksikan adegan ini. Seolah-olah mengganggu; ini pastinya merupakan bukti atas keserasian chemistry kedua aktor ini.




Keesokan harinya, Xiao Yu terbangun di pelukan Jin Li. Hahaha. Kedua anak laki-laki itu menjerit keras saat mereka menyadari kalau mereka tidak bermimpi. Shao Xi, Li Zheng, Xiao Ciao, dan Ru Ping bergegas menghampiri. Apa yang terjadi kemudian adalah adegan komedi dimana kedua anak laki-laki itu mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Xiao Yu bahkan bertanya siapa yang diciumnya; Ru Ping malu sekali telah dibocorkan rahasianya. Xiao Ciao memberi kesan kalau tadi malam, Jin Li berperilaku "lebih buruk daripada seekor binatang buas" setelah dia menanggalkan pakaiannya dan mendorongnya ke ranjang. Menyesatkan sekali. Hahaha.




Selagi Shao Xi dan Li Zheng sedang menikmati makanan bersama, Shao Xi mengaku kalau akhirnya dia sadar bahwa persepsinya tentang Li Zheng sebelumnya tidak mencerminkan Li Zheng yang sebenarnya. Li Zheng tampak cemas. Tapi kemudian, Shao Xi menambah kalau semakin kenal, dirinya semakin sayang padanya. Li Zheng tersenyum lebar mendengarnya. Sepertinya berbagi rahasia semakin mendekatkan mereka sampai akhirnya, Li Zheng mulai menghentikan kebiasaan sumpit komunalnya. Wahhh... Li Zheng bahkan mengambil sepotong makanan dengan sumpitnya dan bermaksud menyuapkan Shao Xi. Tapi yang lebih mendebarkan, begitu dekat, Li Zheng malah mencium Shao Xi. Squeeee ... Shao Xi kaget karena tidak menyangka dan meminta ciuman sekali lagi. Li Zheng lebih dari senang untuk memenuhinya.




Jin Li sedang bermain basket saat Xiao Ciao mendekatinya sambil mengenakan baju olah raga. Xiao Ciao menantangnya dan berkata jika menang, Jin Li harus serius berkencan dengannya. Jika kalah, dia akan mundur dan tidak mengganggunya lagi. Jin Li setuju dan permainan dimulai. Jelas, Xiao Ciao kalah, tapi dia kalah dengan sangat imut, dan sepertinya, Jin Li mulai tertarik. Akhirnya, Jin Li mengusulkan kalau dia bisa memasuki satu bola, dia akan menganggapnya sebagai pemenang. Ada momen komedi karena kata "tangkap bola" mirip dengan "cium aku" dan Xiao Ciao berpikir Jin Li memintanya untuk menciumnya. Hahaha. Xiao Ciao akhirnya siap-siap untuk melempar satu bola tetapi dia melemparnya terlalu pendek jadi Jin Li membantu sehingga bolanya masuk ke dalam lingkaran. Awwww ... Kurasa Jin Li sudah mulai suka pada Xiao Ciao. Adegan ini berakhir dengan Jin Li berpura-pura jual mahal dan Xiao Ciao terus dengan gigih mengajaknya berkencan.




Ru Ping menyelenggarakan acara penandatanganan buku. Ada penulis lain di seberangnya yang menarik kerumunan yang lebih besar. Tapi tiba-tiba, Xiao Yu datang dengan koleksi bukunya. Di setiap buku, dia berulang kali memintanya untuk menjalin hubungan dengannya. Ini sangat imut sekali. Dinamika kedua karakter ini memang sangat ringan dan pas sekali. Saat Ru Ping selesai menandatangani semuanya, Xiao Yu mengemas semua buku dan bermaksud pergi menjauh. Tapi Ru Ping memintanya untuk membuka buku dan melihat tanda tangannya. Di salah satu buku, Ru Ping setuju untuk berhubungan. Xiao Yu menjerit gembira dan ingin mendekat. Satpam yang ditempatkan di sisi Ru Ping mencegahnya dan karenanya, Ru Ping menyatakan kalau Xiao Yu adalah kekasihnya. Yipeee... Shao Xi bercerita, lewat narasi, kalau Xiao Yu tak sengaja menjatuhkan Ru Ping dari pelukannya. Jadi dia harus merayu Ru Ping selama 3 bulan lagi sebelum benar-benar resmi menjadi kekasihnya.




Jin Li duduk di kafe bersama kedua temannya sambil menunggu dua lelaki lagi untuk sama-sama berkencan buta. Teman-temannya khawatir, karena kedua anak laki-laki yang dijanjikan itu belum juga datang. Akhirnya, Li Zheng dan Xiao Yu datang tapi mereka berbalik dengan cepat saat mereka menyadari kalau mereka diundang untuk berkencan. Jin Li memohon agar mereka tinggal. Dan datanglah seorang gadis berpakaian minim dengan payudara besar. Ini mengejutkan semua orang dan semua laki-laki mulai menggunakan skala musik untuk menilai buah dada sang gadis. Sebagai perempuan, seharusnya aku tersinggung tetapi hahaha, tidak bisa tidak menertawakan kejenakaan mereka. Tentu saja, pas saat Xiao Yu sedang menggambarkan buah dadanya Ru Ping, dia masuk dan mendengar semuanya. Rasakan! Hahaha...




Xiao Ciao dan Jin Li masih belum berhubungan juga. Tetapi Xiao Ciao pantang menyerah dan masih aktif mengejarnya. Lagi-lagi lewat narasi, Shao Xi yakin tinggal tunggu tanggal mainnya sampai mereka berkencan.




Shao Xi kesal karena kejadian di kafe. Li Zheng ikut dari belakang. Sadar kalau dirinya sedang diabaikan, Li Zheng memohon agar Shao Xi tidak mendiamkannya. Shao Xi akhirnya menjelaskan bahwa dia tidak kesal tetapi khawatir. Dia khawatir karena jika para gadis menilai laki-laki seperti yang mereka lakukan. Li Zheng pastilah berada pada skala tertinggi sedangkan dia berada di sisi berlawanan. Jadi tentu saja, dia khawatir. Li Zheng tertawa dan menyuruhnya untuk tidak khawatir karena sejak bertemu dengannya, hanya ada satu lagu yang diputar di kepalanya. Yup, mudah ditebak: "Close To You". Li Zheng membungkuk dan menciumnya. Yipeeee ...




Kilas balik ke orang tua mereka, yang sedang mengandung, akhirnya menjelaskan mengapa lagu ini sangat berarti bagi mereka berdua: orang tua mereka dengan lagu ini saat hamil dan itu juga dimainkan di hari ulang tahun keduanya Li Zheng. Setiap kali Li Zheng melihat foto ulang tahun keduanya, dia selalu teringat akan lagu ini. Indah sekali kenangan ini.




Adegan berikutnya adalah Shao Xi dan Li Zheng bermain dengan seorang bayi yang baru lahir. Ini adalah tipuan karena bayinya sebenarnya adalah adik kandung Shao Xi. Mama Zhong memaki kemajuan mereka yang amat lamban. Dia merasa karena mereka senang bermain dengan bayi, mereka seharusnya menikah dan membuat satu bayi sendiri. Setuju! Tapi Shao Xi dan Li Zheng melarikan diri dan keluar pintu secepat mungkin. Dan seri berakhir dengan kedua karakter utama berjalan bergandengan tangan ke masa depan mereka yang cerah.
Komentar
Aku sedikit kecewa dengan drama ini. Selain chemistry yang serasi antara Joanne Tseng dan Wang Zi dan terkadang para aktor pendukung, hampir tidak ada yang spesial dari drama ini. Awal-awalnya sangat memberi harapan tapi di tengah cerita, alur melambat dan perkembangan karakternya mulai mengecewakan. Kunilai drama ini sebagai drama yang biasa-biasa saja dengan akhiran yang terburu-buru. Episode terakhir terasa seperti versi Cliff’s Notes (versi ringkasan). Para karakter sepertinya menceritakan garis besar kejadian dan bukan benar-benar mengalaminya; ini pastinya karena banyak narasi. Memang aku bukan penggemar narasi-narasi ini.
Aku merasa banyak plot cerita yang tidak cukup dikembangkan. Keluarga Jin Li yang rumit adalah contoh plot yang sia-sia. Jika Li Zheng mengaku lebih awal, mungkin ada potensi bromance antara Jin Li dan Li Zheng. Dan plot Angelina, bisa menjadi ketegangan menarik karena Jin Li mendorongnya jauh hanya karena ingin berontak.



Sebenarnya aku tidak keberatan tidak ada hambatan nyata antara Li Zheng dan Shao Xi, kecuali sedikit kesalahpahaman di sana-sini, tapi memang aku berharap ada pertumbuhan konkret saat mereka menavigasi trauma masa kecilnya Li Zheng. Unsur-unsur komedi drama ini tidak terlalu menarik tapi memang aku menikmatinya. Walaupun menjelang akhir, momen-momen komedi ini terlihat terlalu biasa; cenderung terjadi di tengah adegan-adegan serius. Chemistry yang kuat antara kedua pemeran utama berhasil menyelamatkan drama ini dipenuhi oleh humor paksaan dan pembongkaran akhir yang lemah. Contohnya: pemeran antagonis Jin Pai. Tanpa itu, aku mungkin sudah tidak nonton setelah Episode 7. Ini semua merupakan masalah klasik yang diakibatkan karena para pembuat drama tidak bisa terhubung dengan materi mereka; alias tidak nyambung.

[RECAP/ EN] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 15 Finale



The Jin Pai leader confronted Shao Xi for fighting. She demanded that Shao Xi go to the school administrator to admit her mistakes. Li Zheng came to her rescue and defended her. The video was shown and Li Zheng noted that there was a girl in the background; hinting there was another theory to why the fight broke out. The Jin Pai side finally took notice of the said girl in the background and even noted that this other girl was dressed similarly to Shan Shan, the Jin Pai victim. Finally, Shan Shan came clean and told everyone what happened. The Jin Pai leader scolded her for staying mute and she apologized to Shao Xi for misunderstanding the situation. The Jin Pai leader even offered to relinquish her position as the leader to Shao Xi! Lol. But Xiao Ciao put an end to all these foolishness and told the Jin Pais to go away. Bai Bai intended to escape quietly in the background but Xiao Ciao stopped her. Xiao Ciao even wanted to take matters further since Bai Bai still insisted that Shao Xi pushed her off the stairs! Delusional much?! But Shao Xi stopped Xiao Ciao and told her to just drop the issue.





Shao Xi and Li Zheng walked off together to another part of campus. Li Zheng voiced his concern over Bai Bai’s constant disturbance and promised that he would sort everything out. This was considering that Li Zheng was the reason Bai Bai kept pestering her. Li Zheng also urged her to always go to him for problems so that she did not fall into others’ traps. Shao Xi expressed her gratitude for his care and Li Zheng nonchalantly poked her forehead, as it was it was a no-brainer thing to do as her boyfriend. This is a relationship goal right here! Although I must admit, I do not particularly care for Li Zheng’s condescending manner.




Xiao Ciao, Shao Xi, and Xiao Yu came out of their class as they finished their last exams.  Jin Li came rushing towards them and informed Shao Xi that Li Zheng was in trouble. They all rushed to the campus security office and saw Li Zheng being interrogated while he was wiping blood off his hands. Bai Bai’s name was mentioned as the injured victim, Li Zheng admitting that he contacted her for a meet up, and the campus security asking Li Zheng to follow them to the police station for statement. Shao Xi looked on worriedly. Xiao Yu asked outloud if Li Zheng tried to seek revenge on Bai Bai because she bothered Shao Xi. Jin Li told him off but he was just vocalizing what everyone was already thinking, including Shao Xi. Hmmm…




Shao Xi was resting in her room when Da Mao called. He informed her that Li Zheng was the mastermind behind his transfer: how he befriended him, convinced him to steal the tests, and forced him to transfer by threatening to push him off a bridge. These claims further fueled the seeds of doubts in Shao Xi’s minds. She started to entertain the idea that Li Zheng also manipulated the circumstances surrounding Bai Bai’s injuries. Sigh… Girl, have more faith in your man! Shao Xi rushed out to Li Zheng’s room but stopped short before knocking on his door.




Shao Xi shared her concerns with Xiao Ciao; on how to find out the truth. She recognized that she could not just come out and ask for clarifications. Shao Xi decided to just wait until Bai Bai regained consciousness and just asked her then. Jin Li, however, overheard their conversation and said he had an idea. Lol. So the idea was to host a mini get together at home with the intention of getting Li Zheng drunk so that he could be interrogated on what really happened to Bai Bai that day. Jin Li prepared snacks, games, and liquor to get him drunk. He solicited the help of Xiao Yu as well.




Li Zheng, Shao Xi, Xiao Yu, and Jin Li sat around awkwardly while waiting for Ru Ping and Xiao Ciao to come. Jin Li suggested that a drinking game and Xiao Yu concurred. Xiao Yu even suggested that just the boys played while Shao Xi watched. Li Zheng was suspicious but wanted to see what was the plan so he just went along with it. Of course, Li Zheng happened to be an expert on the game and won every single hand. Jin Li was quickly becoming intoxicated and excused himself. Xiao Yu in turn, too his place and challenged Li Zheng. Shao Xi looked on worriedly. And rightly so, Li Zheng managed to win against Xiao Yu too. By the way, that is too much alcohol and too quickly! Alcohol poisoning?! I think these boys need to have their stomach pumped.




Shao Xi finally noted that Li Zheng was just too good. Li Zheng admitted that he found a tell in both Jin Li and Xiao Yu so he could always tell which directions they would take. He asked Shao Xi if she wanted to learn the trick. Shao Xi refused and instead, used this knowledge to beat him. Lol. And finally, the mighty Li Zheng was defeated. Just then, a bell sounded and in came Ru Ping and Xiao Ciao. Xiao Ciao told everyone that Bai Bai had regained consciousness and that the perpetrator was also caught. Apparently, it was one of her classmates who was infatuated with her and was stalking her. Shao Xi was finally aware that she had misunderstood Li Zheng this whole time and quickly ran back to the living room. Only to find, Li Zheng already sleeping soundly on the sofa. Lol. After 1 shot?! The girls helped Shao Xi carry Li Zheng up to his room and then, proceeded to care for Jin Li and Xiao Yu who were in his and Shao Xi’s room, respectively.




Shao Xi dropped Li Zheng onto his bed. His phone suddenly rang and she carefully took out his phone to answer it. It was Bai Bai calling to express her gratitude for his help and also, promising to never trouble Shao Xi anymore after this. Shao Xi finally realized that she doubted him for no reason and silently apologized. Suddenly just as Shao Xi was turning away, presumably to leave the room, Li Zheng jumped on her and pulled her down. That scared me!




Jin Li just came out of shower and found Xiao Ciao waiting in his room. Xiao Ciao explained that she was just there to make sure he was alright after drinking. Jin Li seemed to be in a daze: he closed his door, locked it, took off his shirt and climbed to bed. He then gestured for her to lie next to him. Xiao Ciao contemplated whether she should take up the offer or resist. I love this little firecracker. Of course, she laid down. Jin Li took off his boxer shorts and just slept. Lol. Xiao Ciao complained for his lack of action. This is too funny. In Shao Xi’s room, Ru Ping was trying to wake Xiao Yu up and convinced him to return to his house and sleep. But instead, he gestured for her to join him and kissed him. Wah, a lot of actions tonight.


Li Zheng in his drunken stupor started to open up all of his secret thoughts: how jealous he was over her interactions with Jin Li, everything that he did so that Da Mao transfer out of school, and even how he manipulated Papa Zhong so that Shao Xi had to accompany him buy present for Mama Zhong instead of going on a date with Jin Li, a date that unfortunately led to her accident. He expressed his deepest regret over that turn of event. Shao Xi told him that his worries were all unwarranted because she liked him anyway. She then asked if he had any more secrets. Li Zheng also admitted that he enrolled to Lunghwa University because it was Shao Xi’s dream for them to be together at college and to him, her dream was his dream too. He too, wanted them to always be together. Awww…




Shao Xi told him to go back to bed and started tucking him in. Li Zheng pulled down the nicely tucked blanket and invited her to join his bed. Shao Xi was reluctant to join him but then, he just pulled her down while promising he would do something to her. Lol. Under the warm blanket, he declared that Shao Xi was the only one that he was not afraid of hugging.




Later that night, a recurring nightmare that had not recurred in a while, came on again and woke Li Zheng up. Shao Xi, on his side, was also woken up. Shao Xi asked what the nightmare was affected him so strongly. Li Zheng started sharing about the fatal car accident that killed his parents. He talked about the pain that he felt and the exact moment when he realized that his parents were dead. Many commented that he survived because his mom’s tight grasp but he wondered if it were better that he was not hugged so tightly and if he had not asked to go to a theme park. He realized that he slowly changed since the accident. He found himself unable to get close to other people because proximity to others invoked a smell of blood that reminded him of that fatal accident. He slowly withdrew himself and became a loner mainly because he did not want to be branded as a freak.




Shao Xi listened quietly as Li Zheng shared all his secrets. But as he was done, she brought up her own accident. She told him that when she was conscious, she felt relieved and happy seeing him standing by her side. And for this very reason; she also believed that his parents, Papa and Mama Yan, would also be happy that he survived the accident and lived on. She further added that she felt it was a blessing that he survived because if not, she would not have met him. This is a very personal breakthrough scene between Li Zheng and Shao Xi: Shao Xi finally understood why Li Zheng was the way he was and Li Zheng too, understood that everything that happened was to prepare him for his relationship with Shao Xi. As a viewer, it almost makes me uncomfortable watching it as if I was intruding; definitely a testament to their awesome on-screen chemistry.




Next morning, Xiao Yu woke up on top of Jin Li. Lol. The two boys screamed loudly when they both realized that they were not dreaming. Shao Xi, Li Zheng, Xiao Ciao, and Ru Ping all burst in. What followed was a comedic scene where the two boys tried to piece together what happened last night. Xiao Yu questioned who he kissed last night; much to Ru Ping’s embarrassment. And Xiao Ciao suggested that last night, Jin Li behaved “worse than a beast” after he took off his clothes and pushed her onto his bed. So misleading. Lol.




While Shao Xi and Li Zheng were enjoying a meal together, Shao Xi admitted that she finally realized that her perception of Li Zheng before was not reflective of the real Li Zheng. He looked alarmed at first thinking that she was backing away. But then, Shao Xi admitted that she realized the more she got to know him, the more she liked him. This earned a big smile out of Li Zheng. So their heart-to-heart the night before was successful in breaking barriers as Li Zheng started to drop his communal chopsticks habit. Sigh… Li Zheng even grabbed a piece of food with his chopsticks and intended to feed Shao Xi with it. But lo and behold, once she was near, he kissed her instead. Squeeee… My heart stops right there. Shao Xi must have thought it was unfair since she was caught off guard and asked for another kiss. Li Zheng was more than happy to comply.




Jin Li was shooting some balls when Xiao Ciao approached him wearing in her sports gear. Xiao Ciao challenged him to a game and said that if she won, he had to date her seriously. If she lost, she would bow down and not bother him anymore. Jin Li agreed and a game started. Obviously, Xiao Ciao was losing but she was losing very adorably and I think, Jin Li started to notice her charms. Finally, he told her that if she could make this one ball, he would consider her a winner. There was a comedic moment because the word “catch the ball” sounded similar to “kiss me” and Xiao Ciao thought Jin Li was asking her to kiss him instead. Lol. She finally readied herself to make one hoop and she shoot rather short but Jin Li jumped and assisted so the ball went inside the hoop. Awwww… I think Jin Li was falling for her. The scene ended with him playing hard to get as she pestered him for a date.




Ru Ping held a book-signing event. There was another author across from her that attracted a larger crowd. But suddenly, Xiao Yu came by with his collection of books. In each book, he repeatedly asked her to get together with him. This is definitely very cute. I do appreciate their light teasing dynamics. When she was done signing everything, Xiao Yu packed all the books intending to leave. But she urged him to open and see all her signatures. On one of the books, Ru Ping actually somewhat agreed to begin a relationship with him. Xiao Yu screamed happily and wanted to come closer. The security stationed on Ru Ping’s side prevented him and so she declared that Xiao Yu was her boyfriend. Yipeee… In a voiceover, Shao Xi narrated that Xiao Yu carried and spun her around in excitement. But he fell and so he had to woo Ru Ping for another 3 months before he truly became her boyfriend.




Jin Li was in a café with his two buddies waiting for two more boys for their group blind date. His friends were concerned, as the two promised boys had not come yet. Finally, Li Zheng and Xiao Yu came but they turned around quickly when they realized that they were invited to a group date. Jin Li pleaded and begged them to stay. And in came a skimpily dressed girl with big boobs. This stunned everyone and the boys started using musical scales to rate girls’ bosoms. As a girl, I should find this offensive but I cannot help not to laugh at their antics. Of course, just as Xiao Yu was describing Ru Ping, she came in and overheard everything and he got into trouble.




Xiao Ciao and Jin Li were still not together by this point. She had not given up though and still actively pursuing him. In a voiceover, Shao Xi was convinced that it was only a matter of time before he accepted her.









Shao Xi walked off upset after the café incident. Li Zheng followed closely behind. Realized that he was being ignored, Li Zheng begged that Shao Xi not give him the silent treatment. Shao Xi finally explained that she was not upset. She was worried; worried because if girls were to rate boys as they just did. Li Zheng would be at the highest scale whereas she was on the opposite side of the scale. So of course, she was worried. Li Zheng laughed and told her not to worry because ever since he met her, there had only been 1 song playing on his head. Yup, you guessed it: “Close To You”. Li Zheng leaned in and kissed her. Yipeeee…





A flashback to their parents’ days finally revealed why this song was so meaningful for the two of them: their parents danced to this song while they were pregnant and it was also played on Li Zheng’s second birthday. Every time Li Zheng looked at second birthday picture, he was always reminded of this very song. This is beautiful.




The next scene was with Shao Xi and Li Zheng playing with a newborn baby. This was a trick because the baby was actually Shao Xi’s sibling. The mom however scolded their slow progress. She commented that since they loved playing with the baby so much, they should marry and make one of their own. Agree! But Shao Xi and Li Zheng escaped and ran out the door as soon as they could. And the series ended with the two leads walking hand in hand together to their bright future.  
Comment
I am rather disappointed with this drama. Other than the great chemistry between Joanne Tseng and Wang Zi and sometimes the supporting leads, there is almost nothing special about this drama. It started very strong but somewhere in the middle of the story, the storyline stalled and the character development became pathetic. I think this is a mediocre drama with rushed ending. The last episode feels a bit like the Cliff’s Notes version of the real deal. I felt like the characters were narrating the outlines of the scene rather than actually experiencing them; must be due to the many voiceovers. I have never been a huge fan of them.
I think there were so many potentials that were not sufficiently developed; Jin Li’s complicated family is definitely an example of a wasted plot. If Li Zheng confessed earlier, there could be a potential of a sweet bromance between Jin Li and Li Zheng. And the Angelina plot, as the girl hand-picked by the father, could bring in some exciting suspense as Jin Li pushed her away in rebellion.




I actually do not mind that there are not any real obstacles between Li Zheng and Shao Xi, expect for some minor misunderstandings here and there, but I do wish there is real couple growth as they navigate through his personal childhood trauma. The comedic moments were not great but I did enjoy them at points. Although towards the end, these comedic moments became almost too expected; they tend to always happen when things just get a little too serious. The great chemistry between the two leads managed to hide this drama’s forced humor and weak exposition. Case in point: the Jin Pai antagonist storyline. Without it, I probably would have dropped it somewhere around Episode 7. This seems to be a classic problem resulting from drama-makers’ inability to connect to their materials.



Selasa, 21 November 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 14



Li Zheng mendekati Jin Li di atap. Jin Li bertanya apakah Li Zheng sekarang berkencan dengan Shao Xi. Dia mengangguk. Li Zheng kemudian bertanya apakah dia merekam Bai Bai untuk menghapus kesalahpahaman antara dia dan Shao Xi. Jin Li membenarkan hal ini. Li Zheng menggodanya karena kepeduliannya tapi kemudian, mengucapkan terima kasih padanya. Jin Li memintanya untuk memperlakukan Shao Xi dengan baik. Dia menyatakan bahwa pengunduran dirinya bukan karena dia tidak peduli lagi tapi itu karena dia ingin Shao Xi bahagia. Li Zheng menegaskan bahwa dia pasti akan demikian tanpa peringatan Jin Li. Shao Xi kemudian datang dan Li Zheng memanggilnya saat dia tampak ingin melarikan diri. Dia mendorongnya untuk berbicara dengan Jin Li dan pergi meninggalkan mereka.




Shao Xi maju berhati-hati dan Jin Li lihat itu. Dia menggodanya untuk meringankan suasana dan kemudian, Shao Xi mengungkapkan permintaan maafnya. Jin Li berkata bahwa itu tidak perlu. Dia mengaku kalau dia tidak bahagia tapi dia merasa telah membuat keputusan yang tepat karena dia lebih suka melihat senyumannya daripada tangisannya. Kedua teman ini sepakat untuk melanjutkan persahabatan mereka. Ya... Ini memang persahabatan yang patut diirikan.




Sudah pagi. Alarm Li Zheng dan Shao Xi berbunyi dan para penonton bisa menyaksikan perbedaan mencolok di rutinitas pagi kedua karakter ini. Kebiasaan Li Zheng adalah tenang dan disiplin dan Shao Xi, diwarnai dengan tawa, gerutuan, dan pakaian yang terbalik. Di narasi, Shao Xi berkomentar bahwa Li Zheng lah yang mengajak mereka berjalan pagi ke sekolah bersama dan bahkan mencarinya waktu senggang. Shao Xi bergegas keluar untuk menemui Li Zheng yang sudah menunggu di luar gerbang. Dia meminta maaf atas keterlambatannya dan Li Zheng menerimanya dengan mudah menyatakan bahwa dia sudah terbiasa dengan hal itu. Senang sekali melihat keduanya telah mengembangkan rutinitas pasangan yang memuaskan.




Cuaca semakin dingin dan Shao Xi memerhatikannya. Dia terlihat mencengkeram jaketnya erat-erat dan Li Zheng meraih tangannya untuk memasukkannya ke dalam sakunya. Shao Xi menemukan sebuah pemanas tangan dan menggodanya karena tertangkap kedinginan. Li Zheng lalu menyatakan bahwa dia mempersiapkannya khusus untuk Shao Xi. Shao Xi tertegun tapi kemudian pulih dan bergegas memeluknya dengan bahagia. Shao Xi memperhatikan semua yang Li Zheng lakukan untuk memperlihatkan perasaanya. Kedua kekasih itu sedang berbincang-bincang saat mereka berpapasan dengan Bai Bai di tangga sekolah. Shao Xi dengan canggung melepas tangannya dari saku Li Zheng. Li Zheng tidak menyukai itu dan langsung, meraih kembali tangannya dan mengembalikannya ke sakunya seperti semula. Wah, tepuk tangan! Li Zheng adalah kekasih idaman. Benar begitu! Memang tidak perlu meminta maaf atau menyembunyikan kasih sayang mereka.




Shao Xi berbaring di tempat tidurnya dan menulis di buku hariannya. Dia bertekad untuk bekerja lebih keras dari sebelumnya agar Li Zheng bahagia dan tidak menyesal telah memilihnya. Hmmm... aku mendukung Shao Xi yang ingin bekerja lebih keras tapi duh, seharusnya bekerja lebih keras untuk diri sendiri! Apa yang terjadi pada Shao Xi yang keren dan independen? Tarik napas panjang... Shao Xi menyusun beberapa aktivitas yang ingin dia lalui dengan Li Zheng. Ini termasuk berpegangan tangan, pergi ke pantai, berpiknik, dan merayakan hari ulang tahunnya. Dia juga mengganti nama Li Zheng di teleponnya menjadi "Shao Xi Li Zheng Aku Cinta Padamu". Ini adalah judul Mandarin drama ini.




Shao Xi, Ru Ping, dan Xiao Ciao berkumpul bersama di dapur. Shao Xi sedang memanggang kue ulang tahun untuk Li Zheng. Ru Ping dan Xiao Ciao mengolok-olok keterampilan memanggangnya dan merasa kue yang dibeli di toko akan lebih baik. Gadis-gadis itu kemudian berbincang tentang cerita baru Ru Ping yang terinspirasi dari hubungan Shao Xi dan Li Zheng. Xiao Ciao merekomendasikan agar Ru Ping menambahkan karakter wanita sekunder bernama Angelina untuk merawat dan menghibur Jing Li. Hahaha ... Ini adegan tambahan yang seharusnya tidak lulus proses pengeditan.


  


Li Zheng pulang ke rumah yang gelap. Dia menyalakan lampu dan disambut oleh kejutan Shao Xi dan teman-temannya yang memberikan selamat. Dia tersenyum bahagia tetapi berubah raut muka saat melihat panci panas di tengah meja. Hahaha... Untuk orang yang anti kotor seperti Li Zheng, memang sudah pasti rebusan hotpot adalah yang terakhir yang ingin dia santap. Jin Li harus memperburuk keadaan dan memerinci kalau hadiah untuknya adalah memastikan Li Zheng menghabiskan setiap tetes terakhir sup yang telah diisi dengan air liur setiap orang. Hahaha... Ewwww ... Shao Xi lalu datang untuk menyelamatkannya. Dia meraup semangkuk besar makanan di awal agar Li Zheng bisa makan dengan nyaman. Jin Li melirik interaksi mereka yang mesra dan tampak cemburu. Xiao Ciao memperhatikan ini dan mengambil sepotong daging untuk menghibur Jin Li. Xiao Yu melihat keduanya dan berniat melakukan hal yang sama pada Ru Ping. Sayangnya, dia tersandung dan hampir menyiram Ru Ping dengan sup panas. Hahaha…




Shao Xi dan Li Zheng mencuci piring bersama-sama setelah pesta sementara teman-teman lainnya di ruang tamu bermain kartu. Li Zheng mengucapkan terima kasih. Shao Xi dengan malu-malu menjelaskan bahwa sebagai kekasihnya, sudah sepantasnya dia merencanakan perayaan tersebut. Li Zheng menekankan bahwa dia bahagia karena sebagai kekasihnya, Shao Xi telah merencanakan segalanya. Mereka kemudian mengusap beberapa busa sabun pada satu sama lain dan bercanda mesra. Jin Li kembali melihat seluruh interaksi mereka dan merasa tidak nyaman. Dia berpamit untuk menenangkan diri.




Xiao Ciao naik ke atas untuk mencari Jin Li. Jin Li bertanya apa yang sedang dilakukannya. Xiao Ciao mengakui bahwa dia ingin menemaninya karena suka padanya. Dia kemudian menciumnya. Ciuman ini terlihat oleh semua yang kebetulan juga naik ke atas. Agak terlalu kebetulan memang. Bagaimanapun juga, empat lainnya menghentikan ciuman itu dan secara efektif menghancurkan momen itu. Jin Li melarikan diri dan Xiao Ciao juga, akhirnya. Shao Xi melihat betapa terpukulnya Xiao Ciao saat melarikan diri dan bergegas mengikutinya. Shao Xi ingin menghiburnya tapi Xiao Ciao menyuruhnya untuk membiarkan saja. Dia mengaku kalau dia kesal karena Jin Li terus menyukai Shao Xi meskipun bertolak belakang. Xiao Ciao juga marah karena sebagai sahabat baiknya Shao Xi, dia juga tidak bisa marah padanya. Jadi dia memohon agar Shao Xi membiarkannya pergi. Tarik napas dalam...




Jin Li sedang bermain basket untuk menenangkan hatinya. Li Zheng datang menantangnya. Li Zheng menasihati Jin Li untuk memperjelas masalah dengan Xiao Ciao supaya dia tidak salah paham karena Jin Li langsung melarikan diri setelah mereka berciuman. Dari percakapan ini, sepertinya Li Zheng mulai sadar kalau Jin Li mulai suka pada Xiao Ciao. Jin Li bertanya kepada Li Zheng mengapa dia datang dan dia mengakui kalau dia datang karena dia tahu Shao Xi ingin seseorang menemaninya saat ini. Shao Xi tidak bisa datang jadi Li Zheng lah yang menggantikannya. Jin Li menghargai solidaritasnya dan kedua anak laki-laki itu dengan gembira bermain bersama. Shao Xi datang sebentar untuk mengintip dan tersenyum melihat interaksi mereka.




Shao Xi mengetuk pintu kamar Li Zheng untuk membawakan kue ulang tahun. Li Zheng membuat sebuah permohonan dan meniup lilinnya. Shao Xi marah padanya karena dia seharusnya mengutarakan satu dari tiga permohonannya supaya terkabul. Li Zheng mengklaim bahwa ketiga keinginannya adalah sama: agar dirinya selalu bersama dengan Shao Xi. Shao Xi memberikan hadiahnya: sebuah kamera Polaroid. Dia merasa kalau sepertinya Li Zheng setuju dengan Papa Zhong kalau foto perlu dicetak dan dia ingin memberi kamera ini sehingga mereka bisa menciptakan lebih banyak kenangan bersama. Li Zheng berterimakasih dan kemudian dia juga, memberikan hadiah untuk Shao Xi. Li Zheng menyerahkan sebuah kotak. Shao Xi membuka dan melihat hadiah kalung. Dia tampak bingung. Dia menyangka kalau kalung itu sudah diberikan pada Bai Bai. Li Zheng dan Shao Xi menyelesaikan kesalahpahaman mereka dan Li Zheng mengajukan diri untuk memasangkan kalung di lehernya. Li Zheng bermaksud mencium Shao Xi tapi secara tidak sengaja menabrak giginya. Tapi dia tidak terhalangi, Li Zheng mencoba untuk kedua kalinya dan kali ini, dia sukses. Kedua kekasih itu dengan lembut berciuman. Wah adegan yang sangat manis...




Di kelas, Shao Xi menerima teks dari Ru Ping mengingatkannya bahwa ada reuni kelas siang itu. Shao Xi setuju untuk hadir. Dia kemudian melihat Xiao Ciao. Dia ingin menyapanya tapi teringat kata-katanya yang mendesaknya untuk dibiarkan sendiri. Jin Li datang ke kelas. Seseorang berasumsi kalau dia datang untuk Shao Xi tapi dia mengoreksi dan mengatakan bahwa dia datang untuk Xiao Ciao. Xiao Ciao dan Jin Li duduk saling berhadapan di bangku taman. Dia memberikan salinan panduan ujian yang diturunkan dari berbagai senior dari jurusan mereka. Xiao Ciao mengira kalau itu adalah untuk Shao Xi dan bertanya mengapa dia tidak memberikan padanya sendiri. Jin Li dengan putus asa mengoreksinya dan menjelaskan bahwa salinan ini adalah untuknya. Dia kemudian mulai meminta maaf karena langsung meninggalkannya setelah ciuman. Dia jelaskan kalau pikirannya berantakan saat itu dan dia berterima kasih karena Xiao Ciao telah menemaninya. Namun dia tekankan bahwa dia sudah berbeda dengan Jin Li yang lalu. Dia tidak lagi akan mempergunakan Xiao Ciao dan memulai sesuatu dengannya hanya karena ingin menghibur diri. Jadi dia mendesak agar Xiao Ciao melupakan ciuman mereka.




Xiao Ciao mengatakan kalau memang adalah urusan Jin Li siapa yang dia sukai. Tapi siapa yang dirinya, Xiao Ciao, idamkan adalah urusannya. Dia menekankan kalau ciumannya mungkin tidak sempurna tapi berada di tingkatan yang menakjubkan. Dia kemudian meraih kerahnya dan menciumnya lagi. Xiao Ciao memperingatkannya supaya tidak melupakan ciumannya begitu saja. Dan jika di masa depan, dia tidak lupa, Xiao Ciao akan mengingatkannya lagi. Setelah mengatakan itu semua, dia pergi. Memang gadis ini keren! Dia melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan Shao Xi dari dulu pada Li Zheng. Jin Li tertegun tapi kemudian, dia tersenyum lembut sambil menyentuh bibirnya.




Ru Ping menghibur teman-teman SMA-nya di kafe dengan cerita hubungan Li Zheng, Shao Xi, dan Jin Li. Shao Xi masuk dan segera menutup mulutnya. Tapi teman mereka benar-benar bertanya apakah Shao Xi benar-benar menjalin hubungan dengan Li Zheng. Dia mengakuinya dan Da Mao masuk tepat saat dia menjelaskan hubungannya. Teman-temannya terus melemparkan pertanyaan tentang Li Zheng pada Shao Xi. Shao Xi berkata kalau Li Zheng adalah sempurna dan tidak memiliki poin lemah. Hahaha… Tersipu aku mendengarnya. Da Mao tetapi langsung memotong dan berkata kalau Li Zheng adalah seorang psiko. Pertengkaran antara Shao Xi dan Da Mao terjadi. Da Mao bersikeras bahwa jika Shao Xi tahu yang sebenarnya, dia tidak akan lama berkencan dengannya. Ru Ping membela Shao Xi dan Li Zheng dan menyuruh Da Mao pergi jika dia tidak sudi bersenang-senang bersama. Da Mao dengan kasar mendorong Ru Ping dan Xiao Yu meninju Da Mao. Xiao Yu memperingatkan Da Mao dan menarik Ru Ping pergi. Masih berdiri di tengah kafe, Da Mao terus menanam benih keraguan pada Shao Xi. Dia menantangnya untuk bertanya kepada Li Zheng bagaimana dia memaksa Da Mao untuk mentransfer sekolah.




Xiao Yu menyeret Ru Ping jauh dari cafe. Ru Ping akhirnya berhenti dan bertanya berapa lama lagi dia akan membawanya pergi jauh. Xiao Yu pada awalnya, melepaskan genggamannya tapi kemudian, dia meraih tangannya lagi dan bertanya apakah mereka bisa terus berpegangan tangan. Keduanya berhasil membuat kemajuan dalam hubungan mereka. Mereka memutuskan untuk menonton film bersama dan Xiao Yu berjanji akan membawanya pulang dengan selamat dan sehat. Di lain tempat, Shao Xi merenungkan kata-kata Da Mao di tepi sungai; apakah ada kebenaran dalam pernyataannya. Duh... kenapa ragu lagi sih? Dia bertanya apakah harus ditanyakan tapi bagaimana caranya karena itu adalah cerita lama. Jadi rupanya, hanya satu kata dari si pengganggu sudah cukup untuk menimbulkan keraguan pada Shao Xi. Terkadang aku benar-benar benci betapa plin-plan-nya Shao Xi.




Shao Xi sedang dalam perjalanan pulang saat melihat salah satu gadis Jin Pai, Shan Shan, diganggu oleh dua anak laki-laki. Para pengganggu menyusir Shao Xi. Shao Xi menolak dan langsung diserang. Kedua pengganggu akhirnya ditaklukkan dan melarikan diri. Bai Bai melihat dan merekam seluruh perkelahian. Tarik napas dalam... Kenapa Bai Bai tidak memanggil bantuan ataupun polisi? Aneh sekali deh kelakuannya. Shao Xi dan Shan Shan pergi ke kafe. Dia menjelaskan kalau salah satu pengganggu itu adalah pacarnya. Dia dulu baik tetapi satu hari, dia mulai meminta uang dan selingkuh dengan cewek lain. Dia merasa pastinya Shao Xi senang karena ini adalah retribusi atas perbuatan buruknya. Namun, Shao Xi menjawab kalau keduanya adalah hal yang berbeda. Shao Xi akhirnya sadar kalau Shan Shan sedih karena jauh di lubuk hatinya, dia masih sangat menyukai pacarnya, si pengganggu. Ketahuan, Shan Shan mulai terisak-isak. Kedua gadis itu akhirnya berpisah. Shan Shan membuat Shao Xi berjanji bahwa dia tidak akan memberi tahu gadis Jin Pai lainnya apa yang terjadi. Sepertinya gadis ini akan membantu Shao Xi dalam waktu dekat.




Shao Xi pulang kelelahan dan langsung berbaring di tempat tidurnya. Li Zheng masuk dan bertanya apakah dia ingin makan. Dia menawarkan diri untuk membeli sesuatu. Namun, Shao Xi menjawab kalau dia tidak ingin apa-apa dan hanya ingin tidur. Li Zheng merapihkan buku hariannya yang berantakan dan tentu saja, melihat 10 daftar hal yang ingin dia alami bersamanya. Duh... sepertinya Li Zheng mulai punya kebiasaan buruk membaca buku hariannya Shao Xi. Li Zheng menyelimuti Shao Xi dan berjanji akan melakukan kesepuluh hal itu bersamanya. Dia menyatakan bahwa dia pasti akan melakukan lebih dari sepuluh hal itu. Pemikiran Li Zheng tetapi terputus saat Shao Xi berbalik dan dia akhirnya melihat bekas luka di pipinya. Hmmm... Apakah psiko Li Zheng akan muncul lagi?


  


Jin Li sedang bersantap malam di minimart. Seseorang memberikan sekotak cokelat untuknya. Berpikir itu adalah Shao Xi, dia tersenyum cerah. Tetapi kecewa ketika melihat Xiao Ciao. Duh... Xiao Ciao pantas memiliki pasangan yang lebih baik. Jauhkan saja Jin Li deh... Keduanya pergi ke lapangan basket. Jin Li bertanya apakah dia bisa bermain basket. Xiao Ciao mengaku tidak bisa. Jin Li kemudian bertanya mengapa dia ada di sana jika dia tidak tahu bagaimana cara bermain. Xiao Ciao menyatakan karena dia suka padanya, dia senang bersamanya dimanapun dan kapanpun saja. Jin Li bertanya akan rencana masa depannya. Xiao Ciao berkata kalau kemungkinan besar, dia akan membantu ibunya di perusahaannya. Jin Li mengaku kalau dia tidak ingin mengikuti jalan yang dipahat ayahnya untuknya. Dia ingin lolos dari semuanya meski dia sadar pastinya orang lain merasa dirinya beruntung. Dia kemudian menyatakan karena dirinya tidak ingin ikut rencana ayahnya, maka itu dia tidak ingin berhubungan dengan Xiao Ciao. Xiao Ciao adalah gadis yang dipilih ayahnya untuknya. Xiao Ciao mengatakan bahwa dia bersedia meninggalkan semuanya agar mereka bisa bersama. Masokis sekali! Kenapa sih? Bersatulah saja dalam untung. Beres kan?




Shao Xi keluar dari kamarnya untuk pergi ke bawah. Dia melewati kamar Li Zheng dan teringat akan tawarannya untuk membeli makanan. Saat dia berjalan turun, Li Zheng keluar kamar dan memintanya untuk masuk ke kamarnya. Shao Xi mulai membayangkan hal-hal nakal. Hahaha. Li Zheng akhirnya menariknya masuk karena Shao Xi melamun di koridor. Dia duduk di tempat tidurnya dan Li Zheng mendekat. Shao Xi menghentikannya karena dia belum menggosok giginya. Hahaha. Tapi Li Zheng berkata kalau dia hanya ingin memeriksa dan mengobati lukanya. Saat sedang mengobati, Li Zheng bertanya apa yang terjadi. Shao Xi berbohong dan berkata dia terkena ketukan saat reuni sekolah. Shao Xi kemudian bercerita kalau dia bertemu dengan Da Mao. Dia bertanya-tanya mengapa Li Zheng tidak tetap berhubungan dengannya walaupun dulu mereka berteman baik di SMA. Dia bertanya-tanya apakah mereka berdebat tentang sesuatu. Li Zheng dengan tenang menjawab kalau itu adalah normal mereka tidak tetap berhubungan karena sudah tidak satu sekolah. Begitu banyak kata-kata yang tak terungkap disini. Tarik napas dalam... Shao Xi mengaku sudah lelah dan pamit ke kamarnya. Li Zheng dan Shao Xi terjaga di kamar masing-masing, tidak bisa tidur, dan berpikir semalaman.



Di sekolah keesokan paginya, sebuah video tentang Shao Xi melawan kedua pengganggu tersebut tersebar. Xiao Yu datang untuk menunjukkan video itu. Shao Xi mengabaikannya. Tak lama, Shao Xi berpapasan dengan Bai Bai. Bai Bai menghentikannya dan bertanya apakah dia sudah melihat videonya. Shao Xi mengaku kalau dia tahu Bai Bai lah yang mengunggah videonya. Bai Bai kemudian menegaskan kalau dia bisa menjadi saksi kalau para lelaki pengganggu lah yang memukul terlebih dahulu. Shao Xi tak mengindahkan Bai Bai dan hendak menjauh. Tidak puas, Bai Bai mencengkeram Shao Xi dan secara tidak sengaja, terpeleset dari tangga. Si trio Jin Pai melihat Bai Bai terjatuh dan mengira ini adalah kesempatan untuk menghancurkan Shao Xi. Pemimpin Jin Pai memulai membela Bai Bai dan menantang Shao Xi. Shan Shan, yang dibantu oleh Shao Xi, berusaha menghentikan kedua temannya tapi tidak berhasil. Xiao Yu melihat seluruh interaksi mereka dan berlari untuk mencari Li Zheng. Pemimpin Jin Pai terus berteriak dan menggertak Shao Xi sampai Li Zheng datang dan melepaskan tangannya dari bahu Shao Xi. Yeyyy! Li Zheng tidak pernah terlihat begitu menawan sampai sekarang. Meleleh deh aku disini...